Komunitas

Rahasia Komunitas Buku Jimbaran Bikin Gebrakan, Ada Blind Date with a Book

Y2F.Media — Ruang bagi para pecinta buku di Bali Selatan kini mulai menemukan titik terang. Hal itu ditandai dengan suksesnya gelaran Pasar Republik Buku untuk pertama kalinya di Jimbaran Hub, Kelurahan Jimbaran, Kecamatan Kuta Selatan, kemarin. Inisiatif ini menandai upaya menghidupkan kembali denyut komunitas buku yang selama ini kurang aktif di wilayah tersebut.

Dari Keresahan Menuju Komunitas: Menjelajah Lebih dari Sekadar Halaman

Hamzah, sang inisiator dari komunitas The Bookit Club, menjelaskan bahwa Pasar Republik Buku lahir dari pengamatan bahwa kebanyakan acara buku di Bali masih terpusat di Denpasar. “Jadi, Pasar Republik Buku ini sebenarnya tujuannya ya pengen ngaktifin komunitas buku di Jimbaran. Di Kuta Selatan sih sebenarnya,” ujarnya kepada detikBali.

Terinspirasi dari festival besar seperti Ubud Writers and Readers Festival dan Singaraja Literary Festival, Pasar Republik Buku sengaja dibuat lebih sederhana dan santai. Tujuannya adalah untuk mengenalkan dan memperkuat komunitas buku di Jimbaran. “Kami bikin yang lebih kecil dan santai saja karena kan mikirnya berangkatnya ya ini komunitas saja, kecil-kecilan. Jadi kami pengen Pasar Republik Buku ini adalah platform bagi komunitas buku di Jimbaran,” tambah Hamzah.

Acara ini menampilkan bazar buku dari berbagai toko buku independen seperti There But for The Books, Books on The Hill, Periplus Bookshop, dan Shelf Therapy. Selain itu, ada juga sesi membaca senyap (silent reading) yang unik dan dua sesi talk show menarik. Talk show pertama membahas book club dan book community di Bali, sementara sesi kedua berfokus pada tokoh-tokoh buku di Pulau Dewata. Hamzah sendiri menyatakan keinginan untuk berkolaborasi lebih besar dengan berbagai komunitas buku di Bali di masa mendatang.

Blind Date with a Book dan Pencarian Buku Langka

Sekar Wulandari, pemilik toko buku indie There But For The Book, yang menjual buku second khusus penulis perempuan, merasakan antusiasme yang sama. Ini adalah kali pertamanya ikut pop up di Jimbaran, dengan misi pribadi untuk mengembangkan konsep traveling bookstore. Toko bukunya menghadirkan konsep menarik “blind date with a book”, di mana buku dibungkus kertas cokelat dengan sedikit kisi-kisi, dijual seharga Rp50 ribu. Konsep ini menjadi daya tarik utama bagi pengunjung. Sekar juga mencatat bahwa buku non-fiksi, seperti teori feminisme dan queer theory, cukup laris di tokonya.

Antusiasme juga datang dari luar Jimbaran. Made Ayudyah dari Denpasar sengaja datang untuk merasakan suasana baru komunitas buku. “Karena tempatnya beda, jadi sekalian pengen lihat kalau di Jimbaran itu kayak apa buku-bukunya,” kata Ayudyah, yang menilai koleksi buku di Pasar Republik Buku sangat beragam dan banyak yang belum pernah ia temui di toko buku mayor di Denpasar. Menurut Ayudyah, acara seperti ini sangat membantu pembaca karena membaca bersama lebih mengasyikkan dan membuka perspektif baru. Ia juga menyoroti fenomena berkurangnya toko buku fisik di Bali, dengan toko-toko indie kini menjadi penopang utama.


>> Gabung di Channel WhatsApp 👉 Y2F Media <<
Shares:
Show Comments (0)
Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

eleven + 19 =