Y2F.Media — Jika Anda melihat anak muda punya dua akun Instagram, itu bukan sekadar tren. Fenomena ini, yang dikenal sebagai ‘first account’ dan ‘second account’, kini menjadi kebiasaan umum di kalangan Gen Z. Di balik layar, kebiasaan ini adalah strategi cerdas untuk mengelola identitas digital dan mengatasi tekanan sosial yang masif.
Para psikolog dan peneliti telah mengidentifikasi alasan di balik fenomena ini. Menurut sebuah studi dari Journal of Social and Clinical Psychology (2023), memiliki dua akun Instagram adalah cara Gen Z untuk memisahkan kehidupan pribadi dari kehidupan publik atau profesional.
’First account’ atau akun utama biasanya digunakan untuk menampilkan sisi profesional, ideal, atau sisi yang ingin mereka tunjukkan kepada publik yang lebih luas, termasuk rekan kerja, dosen, atau kenalan baru. Kontennya sering kali terkurasi dengan rapi, menunjukkan pencapaian, momen penting, dan citra diri yang positif.
Sebaliknya, ‘second account’ atau akun kedua, yang seringkali bersifat privat, menjadi ruang aman untuk mengekspresikan diri secara autentik dan apa adanya.
Di sini, Gen Z bisa membagikan momen-momen spontan, cerita pribadi, dan keluh kesah tanpa takut dihakimi. Pengikutnya pun terbatas, hanya diisi oleh teman-teman terdekat atau lingkaran yang sangat dipercaya.
Fenomena ini juga merupakan respons terhadap tekanan mental yang sering muncul dari media sosial. Gen Z tumbuh di era di mana citra diri di dunia maya sangat penting. Tekanan untuk selalu tampil sempurna, bahagia, dan sukses dapat memicu kecemasan dan burnout.
Dengan adanya ‘second account’, mereka memiliki ‘katup’ pelepasan yang memungkinkan mereka bernapas sejenak dari tuntutan pencitraan yang melelahkan.
Memiliki dua akun Instagram ini menunjukkan bahwa Gen Z tidak hanya pandai beradaptasi dengan teknologi, tetapi juga cerdas dalam mengelola kesehatan mental mereka.
Mereka berhasil menciptakan ruang yang aman di tengah lautan ekspektasi digital.