Y2F.Media — Anggapan bahwa minat baca anak di daerah terpencil rendah kini terpatahkan. Sebuah kisah inspiratif datang dari Pulau Saparua, Maluku, di mana anak-anak di sana menunjukkan semangat membaca yang luar biasa. Fenomena ini menjadi pengingat bahwa hasrat untuk belajar dan mengeksplorasi pengetahuan tidak mengenal batas geografis.
Di tengah keterbatasan fasilitas dan akses buku yang memadai, anak-anak Saparua membuktikan bahwa mereka memiliki dorongan internal yang kuat untuk membaca. Komunitas lokal dan inisiatif pribadi yang menyediakan akses ke bahan bacaan disambut antusias. Anak-anak ini tidak hanya membaca untuk tugas sekolah, tetapi juga untuk memperluas wawasan mereka tentang dunia.
Kisah dari Saparua ini menyoroti peran krusial komunitas dan inisiatif akar rumput dalam menumbuhkan literasi. Ketika pemerintah dan pihak swasta belum sepenuhnya menjangkau daerah terpencil, peran individu yang peduli menjadi kunci utama. Mereka menciptakan ruang-ruang baca sederhana, mengubah perahu menjadi perpustakaan terapung, atau sekadar membagikan buku yang mereka miliki.
Fenomena di Saparua ini menjadi cerminan bahwa potensi sumber daya manusia Indonesia sangat besar, bahkan di pulau-pulau terluar. Anak-anak ini menyadari bahwa membaca adalah modal utama untuk menghadapi masa depan. Dengan membaca, mereka mendapatkan akses ke berbagai informasi, mengasah kemampuan berpikir kritis, dan mengembangkan imajinasi.
Kisah ini adalah panggilan nyata untuk semua pihak agar lebih serius dalam mendukung gerakan literasi. Literasi tidak hanya soal angka atau statistik, tetapi tentang memberikan kesempatan yang sama kepada setiap anak Indonesia untuk tumbuh dan berkembang.