Berita

Dari Kearifan Lokal Bangkit Aksi Nyata: Masyarakat Sanggase Bersatu Lawan Perubahan Iklim

Y2F. Media — Suasana haru dan semangat menggelora menyelimuti Kampung Sanggase selama dua hari pelaksanaan Pelatihan Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim dan Bencana Berbasis Budaya (18/06/2025).

Inisiatif ini merupakan bagian dari Project Next Level Grant Facility-VCA Indonesia (NLGF-VCA), yang didanai oleh Voice for Just Climate Action (VCA) untuk memperkuat aksi iklim berbasis komunitas. Yayasan Dahetok Milah Lestari (YDML), dengan dukungan penuh Kepala Kampung Sanggase, Bapak Jhon Kilay, mengajak masyarakat adat Imo Sanggase menggali kembali kearifan lokal sebagai senjata melawan krisis iklim. Warga diajak mempraktikkan pembuatan tanggul alami dari akar bakau, teknik pertanian tahan banjir, dan sistem peringatan dini berbasis pengamatan alam—seperti membaca perubahan angin dan tingkah burung yang dulu menjadi pedoman leluhur mereka.

 

“Kami sudah terlalu lama melihat ombak menggerus pantai kami, tanah tempat nenek moyang kami dimakamkan perlahan hilang,” ujar Bapak Jhon Kilay dengan suara lirih penuh emosi. “Tapi hari ini, kami bangkit! Kami tidak akan menyerah!”

Pelatihan yang dihadiri oleh 75 warga Sanggase ini dihadiri oleh Bapak Gaspar C.H. Silubun, S.STP., MAP, dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Merauke, yang membagikan strategi mitigasi bencana berbasis kearifan lokal.

“Alam sudah memberi kita tanda-tanda, dan nenek moyang kita sudah mewariskan cara membaca tanda itu,” pesan Bapak Gaspar. “Sekarang, tugas kita meneruskannya dengan ilmu modern dan tekad yang kuat.”

Suasana pelatihan semakin hidup dengan kehadiran Epen Cupen, kelompok kreatif yang memproduksi film komedi edukasi tentang adaptasi perubahan iklim. Dengan humor khas Papua, mereka menyampaikan pesan serius tentang pentingnya menanam pohon, mengurangi sampah, dan menjaga pantai.

“Kami ingin masyarakat tersenyum, tapi juga tergerak untuk bertindak,” kata salah satu anggota Epen Cupen sambil memancing gelak tawa peserta.

Keseriusan warga Sanggase tidak berhenti di pelatihan. Bapak Jhon Kilay mengumumkan komitmen kuat untuk menggabungkan hukum adat dengan kebijakan kampung dalam perlindungan lingkungan.

“Kami akan buat peraturan adat baru: siapa yang menebang pohon wajib menanam lima kali lipat! Dan ini akan jadi hukum kampung yang mengikat,” tegasnya di depan warga yang bersorak setuju.

Seorang ibu tua, Mama Maria, dengan tangan bergetar memegang bibit mangrove, berbisik, “Ini untuk cucu-cucu saya. Biar mereka masih bisa melihat kampung halamannya.”

Ketika matahari terbenam di hari kedua, para peserta berpelukan, berjanji untuk menjaga komitmen ini. Project NLGF-VCA bukan sekadar pelatihan, tapi pemicu perubahan—di mana masyarakat adat menjadi pelaku utama, bukan penonton.

“Kami mungkin kecil, tapi kami punya hati dan kearifan yang besar,” kata Bapak Jhon Kilay. “Sanggase akan jadi contoh, bahwa ketika adat dan ilmu berjalan beriringan, alam akan selamat.”

Kontributor: Jhoe Andre
Editor: Tim Y2F Media


>> Gabung di Channel WhatsApp 👉 Y2F Media <<
Shares:
Show Comments (0)
Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

eleven − two =