Y2F.Media — Kebaya, busana kebanggaan Indonesia, kini makin dilestarikan lewat cara yang modern dan inspiratif. Sebuah film pendek berjudul “#KitaBerkebaya” resmi diluncurkan, menjadi upaya komunitas untuk menjaga eksistensi busana tradisional ini agar tetap lestari. Film ini tayang perdana dalam konferensi pers dan pemutaran khusus di Jakarta kemarin.
Bramsky, sang sutradara, menjelaskan bahwa film pendek ini diciptakan sebagai ruang bagi perempuan untuk menyuarakan sikap mereka. “Bukan lewat teriakan melainkan melalui benang dan kain yang dikenakan dengan penuh keyakinan,” ujarnya. Konsep ini memberikan dimensi baru pada kebaya sebagai medium ekspresi.
Film ini menampilkan sederet aktris ternama Indonesia yang dikenal kerap berkebaya, seperti Maudy Ayunda, Maudy Koesnaedi, Tara Basro, Dian Sastrowardoyo, Eva Celia, Rayhanun, Titi Radjo Padmaja, dan Andien, serta Lutesha. Mereka menjadi wajah dari total sekitar 250 perempuan Indonesia dari berbagai komunitas di berbagai daerah yang terlibat dalam film “#KitaBerkebaya”.
Film yang digagas oleh Bakti Budaya Djarum Foundation ini sengaja diluncurkan untuk menyemarakkan Hari Kebaya Nasional 2025, yang diperingati setiap 24 Juli. Pesan utamanya jelas: kebaya bukan sekadar pakaian, tapi juga cerita hidup yang dikenakan oleh perempuan Indonesia.
Renitasari Adrian, Direktur Program Bakti Budaya Djarum Foundation, menekankan pentingnya film ini. “Kebaya memancarkan keanggunan namun juga mencerminkan ketangguhan dan kelembutan perempuan Indonesia. Kami ingin kebaya dapat kembali hadir dalam aktivitas sehari-hari bukan hanya sebagai simbol budaya,” katanya.
Film ini juga berfungsi sebagai pengingat bahwa kebaya adalah identitas bangsa yang mempersatukan segala kelas sosial dan lintas batas wilayah di seluruh Nusantara dengan berbagai variasi. Dengan adanya film pendek ini, ada harapan besar bahwa generasi muda akan terinspirasi untuk lebih banyak mengenakan kebaya dalam keseharian mereka, memadupadankan dengan wastra Indonesia lainnya. Langkah ini diharapkan dapat menghidupkan kembali mata rantai industri kebaya, mulai dari tukang kain, tukang jahit, artisan wastra, batik, penenun, hingga mendorong pertumbuhan UMKM di seluruh Indonesia.