Komunitas

Rahasia Museum Agar Tidak Dicap ‘Membosankan’, Kuncinya Ada di Teknologi AR

Y2F.Media — Bertepatan dengan peringatan Hari Museum Nasional, perdebatan tentang relevansi museum bagi generasi kini dan masa depan kembali mencuat.

Di tengah gempuran informasi digital dan media sosial, museum-museum di Indonesia dituntut untuk bertransformasi agar tidak ditinggalkan oleh generasi Z dan Alpha yang haus akan pengalaman interaktif.

​Isu utama yang menjadi sorotan adalah bagaimana museum dapat keluar dari citra lama sebagai “gudang koleksi” yang kaku dan membosankan.

Untuk menarik minat generasi muda, museum harus bertransformasi menjadi pusat interaksi dan pembelajaran berbasis pengalaman.

​Transformasi ini melibatkan adopsi teknologi. Penggunaan Augmented Reality (AR), tur virtual, dan konten digital yang menarik menjadi kunci untuk membuat artefak dan sejarah terasa lebih hidup.

Generasi kini membutuhkan narasi yang relate dan disajikan dalam format visual yang mereka pahami, bukan sekadar teks panjang di bawah kaca display.

​Relevansi museum juga diukur dari kemampuannya menjadi ruang publik yang inklusif. Selain pameran, museum harus mampu menyelenggarakan kegiatan yang beragam, seperti workshop kreatif, diskusi budaya, hingga konser musik.

Ini akan mengubah museum dari sekadar tempat kunjungan menjadi pusat kegiatan sosial dan edukasi.

​Tantangan terbesar yang dihadapi museum di Indonesia adalah keterbatasan dana dan sumber daya manusia untuk melakukan modernisasi.

Namun, momen Hari Museum Nasional ini menjadi pengingat bagi seluruh pihak, baik pemerintah maupun swasta, untuk melihat museum sebagai investasi strategis.

Museum adalah penjaga memori kolektif bangsa, dan menjaganya tetap relevan berarti menjaga identitas dan akar budaya generasi penerus.


>> Gabung di Channel WhatsApp 👉 Y2F Media <<
Shares:
Show Comments (0)
Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

12 − four =