Y2F.Media — Fenomena ponsel China yang kini berani menyematkan baterai berkapasitas masif hingga 8.000 mAh bahkan 10.000 mAh kerap memancing pertanyaan. Mengapa raksasa teknologi seperti Apple dan Samsung masih betah bertahan di kisaran 5.000 mAh untuk ponsel flagship mereka? Ternyata, ada sejumlah alasan logis dan strategi di balik keputusan dua pemimpin pasar global ini.
Alasan pertama dan terpenting adalah prioritas pada keamanan dan reputasi global. Apple dan Samsung memegang standar keselamatan produk yang sangat ketat. Mereka tidak akan mengambil risiko dengan mengadopsi teknologi baterai baru, seperti silikon-karbon yang memungkinkan kapasitas lebih besar, tanpa riset dan pengujian yang matang. Teknologi ini, yang baru mulai diterapkan secara terbatas oleh beberapa perusahaan sejak 2024, masih dalam tahap awal untuk skala massal. Produsen besar cenderung menunggu teknologi ini benar-benar matang dan aman sebelum diimplementasikan secara luas pada perangkat premium seperti iPhone dan Galaxy.
Selain itu, regulasi ketat internasional juga turut memengaruhi. Departemen Perhubungan Amerika Serikat, misalnya, menetapkan batas pengiriman baterai lithium-ion sekitar 100Wh (setara 5.000 mAh) agar tidak diklasifikasikan sebagai barang berbahaya. Mengangkut baterai berkapasitas jauh lebih besar untuk ekspor global akan meningkatkan biaya logistik dan memperketat prosedur pengiriman, menjadi pertimbangan penting bagi merek yang beroperasi di pasar AS dan Eropa.
Apple dan Samsung memilih pendekatan berbeda: mereka lebih mengutamakan optimalisasi sistem operasi, efisiensi chip, dan manajemen daya daripada sekadar berlomba kapasitas mentah. Dengan teknologi pengisian cepat dan efisiensi daya tinggi, ponsel flagship mereka sudah dianggap cukup untuk penggunaan sehari penuh. Kebanyakan pengguna pun terbiasa mengisi daya di malam hari.
Bagi sebagian besar konsumen, memiliki baterai yang bertahan dua atau tiga hari bukanlah kebutuhan mendesak, apalagi jika itu berarti harus mengorbankan desain ponsel yang ramping atau meningkatkan risiko keamanan. Jadi, ini bukan karena Apple dan Samsung tertinggal. Mereka menempuh pendekatan yang lebih hati-hati dalam mengadopsi teknologi baterai baru, mempertimbangkan faktor keselamatan, regulasi global, dan kenyamanan pengguna. Sementara ponsel China mungkin berani mengambil lompatan lebih cepat, raksasa seperti Apple dan Samsung fokus pada konsistensi, efisiensi, dan kepercayaan jangka panjang konsumen mereka.