Opini

Am I Too Much? : Analisis Diri tentang Perilaku Oversharing dalam Perspektif Psikologis #2

Artikel ini merupakan kelanjutan dari bagian 1

Y2F. Media — Seperti dalam novel You karya Caroline Kepnes, karakter Joe — seorang penjaga toko buku — dengan mudah mengumpulkan informasi pribadi Beck melalui social media-nya yang penuh oversharing. Setiap unggahan Beck, mulai dari lokasi, rutinitas, hingga masalah pribadinya, menjadi petunjuk bagi Joe untuk merancang pendekatan sekaligus memanipulasi situasi — bahkan sampai ke tingkat ekstrem: membunuh orang-orang di sekitar Beck yang ia anggap “buruk”.

Apa yang bisa kita pelajari dari sini?

  1. Media sosial adalah sumber informasi terbuka bagi siapa saja — termasuk orang dengan niat jahat.
  2. Oversharing memudahkan pelaku kejahatan (seperti doxxing, penjual data, atau penipuan) untuk:
  • Melacak kebiasaan dan lokasi korban
  • Memanfaatkan detail pribadi sebagai alat manipulasi
  • Menyusun profil korban secara lengkap tanpa usaha berat

Apa yang kita anggap sebagai “sekadar curhat biasa” bisa menjadi celah bagi pelaku kejahatan siber.

Baru-baru ini juga Indonesia digemparkan oleh operasi World Coin — perusahaan yang menawarkan imbalan uang digital (senilai Rp200–800 ribu) sebagai ganti scan retina warga. Aksi ini berhasil menjaring sekitar 500 ribu partisipan sebelum akhirnya dibubarkan pemerintah melalui Komdigi dengan alasan perlindungan data.

Mengapa Kasus Ini Mengkhawatirkan?

Eksploitasi Data Sensitif
Retina termasuk biometrik permanen yang tidak bisa diubah seperti password. Jika bocor, risikonya seumur hidup.

Ketidakjelasan Penggunaan Data
World Coin tidak transparan tentang tujuan pengumpulan data retina ini. Potensi penyalahgunaannya sangat luas:

  • Pemalsuan identitas
  • Pembobolan sistem keamanan berbasis biometrik
  • Penjualan data ke pihak ketiga

Pelajaran yang Bisa Diambil

  • Masyarakat perlu skeptis terhadap iming-iming “hadiah mudah” yang meminta data sensitif.
  • Regulasi seperti PDPA harus diperkuat untuk mencegah eksploitasi data oleh perusahaan asing.
  • Edukasi literasi digital mendesak dilakukan, khususnya tentang nilai dan risiko data biometrik.

“Kasus World Coin buktikan: data pribadi adalah aset berharga yang harus dijaga lebih ketat daripada dompet fisik.”

Refleksi Akhir:

Sebagai anak rantau yang jarang berkomunikasi dengan keluarga, saya dulu mencari pelampiasan melalui media sosial. Kesepian memicu kebutuhan akan atensi dan interaksi, yang akhirnya terwujud dalam kebiasaan oversharing.

Proses yang Terjadi:

Kebutuhan Emosional

  • Kesepian sebagai perantau
  • Keinginan untuk tetap terhubung

Siklus Oversharing

  • Membagikan terlalu banyak detail pribadi
  • Mengukur validasi diri melalui likes dan komentar

Pembentukan Personal Branding (Tanpa Disadari)

Plus: Membangun jaringan & eksistensi sosial

Minus:

  • Privasi terkikis
  • Rentan disalahpahami
  • Data pribadi berisiko bocor

Hal yang Didapat:

Media sosial ibarat panggung tanpa naskah — apa yang kita tampilkan akan ditonton, dinilai, dan kadang disalahartikan. Tidak semua yang personal perlu menjadi tontonan publik, dan batasan yang jelas diperlukan agar interaksi tetap sehat tanpa mengorbankan keamanan diri.

“Berkomunikasi lebih baik dengan orang-orang terdekat secara langsung ternyata lebih memuaskan daripada mencari validasi dari unggahan.”

Artikel ini lahir dari refleksi pribadi karena dulu terlalu oversharing, lalu diperkaya dengan data penelitian dan kasus terupdate. Harapannya, kisah ini bisa menjadi pengingat bersama untuk:

  1. Lebih selektif dalam membagikan konten pribadi
  2. Menyadari risiko di balik unggahan yang terlihat “tidak berbahaya”
  3. Menjaga kedaulatan data diri dari potensi penyalahgunaan

Mari lebih bijak dalam membagikan hal-hal privasi — pikirkan baik-baik sebelum memposting, karena apa yang kita bagi hari ini bisa menjadi risiko di kemudian hari.

Kontributor: @edoduliels
Tim Editor: Y2F Media


>> Gabung di Channel WhatsApp 👉 Y2F Media <<
Shares:
Show Comments (0)
Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

one × three =