Y2F. Media — Sebuah studi terbaru berjudul “Who Favor Sweet Actions over Sweet Words More – Females or Males?”(2025) mengungkap dinamika menarik dalam cara laki-laki dan perempuan menilai kasih sayang serta perhatian dalam hubungan sosial maupun romantis. Penelitian ini menggali pertanyaan klasik: mana yang lebih penting — ucapan manis atau tindakan nyata?
Tindakan Lebih Berarti dari Kata-kata
Dalam penelitian yang melibatkan lebih dari 2.000 responden di 12 negara, ditemukan bahwa mayoritas responden perempuan (78%) lebih menghargai tindakan nyata dibandingkan kata-kata manis. Mereka menganggap perhatian yang diwujudkan dalam bentuk perilaku — seperti membantu, mendengarkan, atau meluangkan waktu — sebagai bukti cinta dan empati yang lebih tulus daripada sekadar ucapan.
Sebaliknya, laki-laki menunjukkan kecenderungan lebih seimbang: sekitar 55% mengaku menghargai tindakan, sementara 45% lainnya tetap menilai kata-kata positif penting untuk menjaga kedekatan emosional. Hal ini menandakan bahwa bagi sebagian laki-laki, validasi verbal masih berperan besar dalam membangun rasa dihargai dan diterima.
Budaya dan Perbedaan Generasi
Peneliti juga menemukan perbedaan menarik berdasarkan konteks budaya dan usia.
Generasi muda (Gen Z dan Milenial) di berbagai negara lebih menekankan keaslian dan keseimbangan antara sweet actions dan sweet words. Sementara itu, generasi lebih tua (Gen X dan Baby Boomer) cenderung menilai tindakan nyata sebagai ukuran utama integritas dan cinta sejati.
Dalam konteks budaya Asia, terutama di negara seperti Indonesia, Jepang, dan Korea, norma sosial yang menekankan kesopanan dan keheningan emosi turut berpengaruh. Perempuan Asia umumnya menilai “perhatian kecil tanpa perlu dikatakan” sebagai bentuk kasih sayang yang lebih dalam dan konsisten.
Psikologi di Balik Preferensi
Dari sisi psikologis, studi ini menjelaskan bahwa preferensi terhadap tindakan atau ucapan berkaitan erat dengan “love language” individu — cara seseorang mengekspresikan dan menerima cinta. Mereka yang lebih menghargai tindakan nyata biasanya memiliki kecenderungan acts of service, sedangkan mereka yang lebih menyukai kata-kata cenderung memiliki words of affirmation sebagai bahasa cintanya.
Dr. Melissa Han, peneliti utama dari Universitas Toronto, menjelaskan “Perempuan secara umum lebih peka terhadap inkonsistensi antara kata dan tindakan. Mereka lebih cepat merasakan ketidaktulusan jika ucapan tidak dibarengi perilaku konkret.”
Makna bagi Hubungan Sosial Modern
Dalam era digital di mana pesan manis dan emoji sering menggantikan interaksi nyata, hasil studi ini menjadi pengingat penting: keaslian tindakan masih menjadi dasar kepercayaan dan koneksi emosional.
Baik dalam hubungan romantis, pertemanan, maupun dunia profesional, orang cenderung menilai karakter seseorang dari apa yang dilakukan, bukan sekadar apa yang diucapkan.
Sebagai penutup, penelitian ini tidak hanya mempertegas stereotip lama bahwa perempuan lebih “merasa”, dan laki-laki lebih “bertindak”. Justru, ia mengajak kita untuk melihat keseimbangan keduanya: bahwa dalam hubungan manusia modern, kata yang baik perlu dibuktikan dengan tindakan yang nyata — dan tindakan yang tulus sebaiknya disertai kata yang hangat.