Y2F.Media — Fenomena hidup pas-pasan dialami oleh sebagian besar penduduk Indonesia, dan kisah Irma Andriani menjadi cerminan nyata dari perjuangan tersebut.
Seorang ibu tunggal dengan dua anak ini harus berjuang sebagai pengemudi ojek online demi memenuhi kebutuhan keluarganya.
Setiap hari, Irma bekerja tanpa libur, dari jam 8 pagi hingga 10 malam. Di sela-sela waktu kerjanya, ia juga harus menyempatkan diri menjemput anak-anaknya di sekolah.
Namun, kerja kerasnya ini tidak selalu berbanding lurus dengan penghasilan. Saat ramai, ia bisa mengantongi Rp250.000 per hari, tetapi saat sepi, penghasilannya bisa anjlok hingga Rp150.000 saja.
Pendapatan ini pun masih harus dipotong untuk cicilan motor sebesar Rp55.000 per hari, iuran BPJS Ketenagakerjaan, dan berbagai kebutuhan lainnya.
Sebagai sandwich generation, Irma juga memprioritaskan kebutuhan orang tuanya, memberikan uang sekitar Rp30.000 hingga Rp50.000 per hari untuk membantu perekonomian sang ibu.
Di sisi lain, ia juga menanggung biaya hidup anak-anaknya, termasuk memberikan uang saku sebesar Rp10.000 per hari.
Dengan beban seberat itu, menabung masih menjadi angan-angan bagi Irma. Ia mengaku belum bisa menyisihkan uang karena masih memiliki cicilan yang harus dilunasi.
Meski begitu, ia telah mempersiapkan masa depan anak-anaknya melalui BPJS Ketenagakerjaan.
Seorang dosen ekonomi, Puput Komalasari, menjelaskan bahwa kondisi ekonomi global dan domestik yang sulit membuat banyak orang kesulitan menabung.
Puput menyarankan, bagi mereka dengan penghasilan tidak tetap di bawah UMR, prioritas utama adalah memenuhi kebutuhan pokok seperti makanan, tempat tinggal, dan pendidikan anak.
Kunci utama dalam menabung, menurut Puput, adalah konsistensi untuk mendahulukan menabung sebelum pengeluaran lainnya.
Kisah Irma adalah cerminan dari jutaan warga Indonesia yang berjuang di tengah himpitan ekonomi, memprioritaskan kebahagiaan keluarga di atas segalanya.
