BeritaOpini

Efek Digital yang Jarang Disadari: Mengenal Brainrot, Doomscrolling, dan Zombie Scrolling

Y2F.Media — Pernahkah kamu membuka ponsel hanya untuk mengecek satu notifikasi, lalu tanpa sadar sudah satu jam kamu scroll media sosial tanpa henti? Atau kamu membaca berita buruk demi berita buruk sambil merasa semakin cemas, tapi tetap tak bisa berhenti? Jika iya, kamu mungkin sedang mengalami brainrot, doomscrolling, atau zombie scrolling — tiga istilah yang makin relevan di era digital ini.

Apa Itu Brainrot?
Istilah brainrot awalnya muncul sebagai lelucon internet untuk menggambarkan kondisi ketika seseorang merasa pikirannya “rusak” akibat terlalu banyak mengonsumsi konten sampah, terutama dari media sosial. Bayangkan kamuterjebak berjam-jam menonton video absurd, meme tidak masuk akal, atau konten sensasional yang sebenarnya tidak memberi nilai tambah apa pun. Otak terasa penuh, tapi kosong. Itulah brainrot.

Secara tidak langsung, brainrot adalah efek jangka panjang dari overstimulasi digital ketika otak kita terus-menerus dibombardir oleh informasi dangkal dan cepat, sehingga kesulitan memproses hal-hal yang lebih dalam.

Apa Itu Doomscrolling?

Doomscrolling adalah kebiasaan terus-menerus membaca berita buruk, terutama di tengah krisis — seperti pandemi, perang, bencana alam, atau konflik sosial. Ironisnya, walau berita-berita itu membuat kita cemas, sedih, bahkan takut, kita tetap menelusurinya.

Kenapa?

Menurut psikologi, otak kita cenderung mencari informasi sebagai bentuk kontrol terhadap ketidakpastian. Tapi alih-alih memberi kejelasan, doomscrolling justru menambah stres dan kecemasan. Kita seperti menelan racun secara perlahan, berharap bisa menemukan penawarnya.

Zombie scrolling adalah?

adalah kondisi ketika kita membuka ponsel, scroll-scroll tanpa arah, tanpa niat, dantanpa kesadaran penuh. Tangan bergerak, mata menatap layar, tapi pikiran kosong — seperti zombie. Aktivitas inisering jadi pelarian saat kita bosan, stres, atau sekadar menghindari tugas.

Bahaya zombie scrolling bukan cuma soal waktu yang terbuang, tapi juga kehilangan kesadaran diri. Kitamakin sulit fokus, sulit menikmati momen, dan makin terikat pada validasi digital dari like, share, dan notifikasi.

Kenapa Ini Berbahaya?

Ketiga kebiasaan ini—brainrot, doomscrolling, dan zombie scrolling—menggerus kemampuan kita untuk fokus,berpikir kritis, dan merasakan emosi secara utuh. Dalam

jangka panjang, ini bisa berdampak pada kesehatan mental, kualitas tidur, produktivitas, bahkan hubungan sosial.

Apa yang Bisa Kita Lakukan?

  1. Sadari Mulailah mengamati pola scrolling-mu. Kapan biasanya kamu melakukannya? Apa pemicunya?
  2. Pasang batas Gunakan fitur “screen time” atau “focus mode” untuk mengatur durasi penggunaan aplikasi tertentu.
  3. Detoks Cobalah puasa media sosial sehari dalam seminggu. Gunakan waktu itu untuk membaca buku, jalan-jalan, atau ngobrol dengan orang sekitar.
  4. Konsumsi konten dengan Pilih platform dan kreator yang memberi nilai tambah. Kurasi timeline-mu.
  5. Gantikan kebiasaan. Setiap kali tangan ingin membuka ponsel tanpa alasan jelas, coba lakukanaktivitas lain: minum air, peregangan, atau sekadar tarik napas

Di era digital ini, informasi memang tak bisa dihindari. Tapi kita tetap punya kendali untuk memilih apa yang masuk ke dalam kepala kita.

Kontributor: @edoduliels
Editor: Tim Y2F.Media


>> Gabung di Channel WhatsApp 👉 Y2F Media <<
Shares:
Show Comments (0)
Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

eighteen − eight =