Y2F.Media — Para astronom telah menemukan struktur terbesar di alam semesta yang dinamakan Quipu. Quipu merupakan superstruktur yang terdiri dari berbagai gugusan galaksi yang saling terhubung.
Superstruktur ini, yang merupakan yang terbesar yang pernah ditemukan, membentang sepanjang sekitar 1,3 miliar tahun cahaya dan memiliki massa sekitar 200 kuadriliun kali lipat dari massa matahari.
Dilansir Merdeka. com dari laman Live Science, Selasa, 18 Februari 2025, nama Quipu terinspirasi dari sistem penghitungan yang menggunakan simpul pada tali yang dipakai oleh suku Inca.
Struktur tersebut memiliki bentuk yang rumit, menyerupai tali Quipu, dengan satu filamen utama yang sangat panjang dan beberapa filamen samping yang lebih pendek.
Panjang Quipu lebih dari 13.000 kali lipat panjang Bima Sakti, menjadikannya kandidat utama sebagai objek terpanjang di alam semesta.
Quipu juga berhasil mengalahkan rekor sebelumnya yang dipegang oleh supergugus Lanikea. Penemuan superstruktur ini menjadi bagian dari upaya untuk memetakan distribusi materi di alam semesta pada berbagai panjang gelombang cahaya.
Struktur yang sangat jauh ini menunjukkan pergeseran merah (redshift), yaitu pergeseran panjang gelombang ke arah bagian merah dari spektrum elektromagnetik.
Penelitian sebelumnya telah berhasil memetakan objek dengan redshift hingga 0,3, sementara studi terbaru ini berfokus pada redshift antara 0,3 hingga 0,6 untuk mengamati objek yang lebih jauh lagi.
Superstruktur Quipu teridentifikasi dalam rentang jarak 425 juta hingga 815 juta tahun cahaya dari bumi. Selain Quipu, para astronom juga menemukan empat superstruktur raksasa lainnya.
Salah satu dari superstruktur tersebut adalah supergugus Shapley, yang sebelumnya dianggap sebagai struktur terbesar yang ada. Namun, kini ukuran Shapley telah terlampaui oleh Quipu dan tiga superstruktur lainnya, yaitu Serpens-Corona Borealis, Hercules, dan Sculptor-Pegasus.
Kelima superstruktur ini mencakup 45 persen dari total gugusan galaksi, 30 persen dari seluruh galaksi, dan 25 persen dari materi yang dapat diamati di alam semesta, dengan total volume mencapai 13 persen dari keseluruhan alam semesta.
Para peneliti juga menemukan bahwa keberadaan superstruktur ini memiliki dampak pada radiasi latar belakang gelombang mikro kosmik (CMB), yang merupakan sisa radiasi dari peristiwa Big Bang.
Selain itu, kecepatan aliran galaksi lokal dalam superstruktur ini dapat menyebabkan distorsi dalam pengukuran ekspansi alam semesta, yang dikenal dengan istilah konstanta Hubble.
Salah satu efek lain dari keberadaan massa yang sangat besar ini adalah fenomena lensa gravitasi, yaitu pembelokan cahaya yang dapat mengubah tampilan objek langit yang lebih jauh.