Y2F.Media — Fenomena unik seputar Generasi Z kembali menjadi sorotan. Sebuah studi psikologi terbaru mengungkapkan bahwa Gen Z memiliki mekanisme pertahanan diri yang sangat berbeda dari generasi sebelumnya. Alih-alih menyembunyikan masalah, mereka justru memilih untuk membagikannya secara terbuka, seringkali dengan sentuhan humor atau self-deprecating, sebagai cara untuk mengatasi tekanan hidup.
Psikolog dr. Meita Kumala, M.Psi, menjelaskan bahwa Gen Z tumbuh di era di mana informasi dan emosi dibagikan secara instan melalui media sosial. “Ini membuat mereka lebih nyaman untuk berbicara tentang isu-isu pribadi, termasuk kesehatan mental, yang sebelumnya dianggap tabu,” kata dr. Meita. Mekanisme ini, yang disebutnya sebagai ekspresi kolektif, menjadi cara untuk mencari validasi dan dukungan dari komunitas.
Dalam banyak kasus, Gen Z menggunakan humor atau sindiran pada diri sendiri (self-deprecating humor) untuk membicarakan isu-isu serius seperti kecemasan, kegagalan karier, atau tekanan sosial. Gaya komunikasi ini bukan berarti mereka meremehkan masalah, melainkan cara untuk membuat topik berat menjadi lebih ringan dan mudah didekati oleh teman-teman sebaya.
Dr. Meita juga menekankan bahwa strategi ini berfungsi sebagai alat untuk menghindari isolasi. Di era di mana interaksi tatap muka berkurang, berbagi cerita di media sosial menjadi cara efektif untuk menciptakan koneksi sosial dan menunjukkan bahwa mereka tidak sendirian dalam menghadapi masalah. Ini berbeda jauh dengan generasi baby boomers atau milenial awal yang cenderung menyelesaikan masalah secara internal.
Namun, di sisi lain, strategi ini juga memiliki risiko. Paparan berlebihan terhadap masalah orang lain dapat memicu kecemasan atau kelelahan emosional (vicarious trauma). Oleh karena itu, penting bagi Gen Z untuk tetap bijak dalam memilah informasi dan menjaga batasan digital.
