Y2F. Media — Gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) kembali jadi sorotan publik. Data terbaru Badan Pusat Statistik (BPS) 2025 mencatat tingkat pengangguran di Indonesia mencapai 4,76% atau sekitar 7,2 juta jiwa. Yang mengejutkan, sebagian besar di antaranya berasal dari kelompok usia muda 15 hingga 24 tahun.
Di tengah situasi yang tidak menentu, generasi muda Indonesia sebenarnya tidak kekurangan potensi. Mereka punya energi, keterampilan, dan semangat untuk terus berkarya. Namun, realitas ekonomi saat ini memaksa banyak dari mereka untuk beradaptasi mencari arah baru di antara ketidakpastian pekerjaan.
Untuk menelusuri persoalan ini, Citizen OS Indonesia menggelar Instagram Live #3 dalam rangkaian Festival Aspirasi Indonesia 2025, dengan tajuk “Talenta Kaum Muda di Tengah Guncangan PHK”
Tiga sosok perempuan dengan latar sosial dan ekonomi yang kuat hadir untuk berbagi pandangan dan pengalaman:
-
Tami Dewi Puspa Rahayu – Core Team Festival Aspirasi Indonesia
-
Nanny Uswanas – Direktur Kalaway Institute
-
Fitri Dwi Ariyanti, S.E. – Pendamping UMKM & Koperasi Specialist | Founder Gerak UMKM & Yosh Foundation
Yang akan diselenggarakan pada Jumat, 31 Oktober 2025, Pukul 17.00 WIB di Live di Instagram @citizen_os_indonesia.
Fenomena PHK massal yang melanda berbagai sektor bukan hanya persoalan ekonomi, tapi juga persoalan sosial dan psikologis. Bagi banyak anak muda, kehilangan pekerjaan berarti kehilangan rasa arah dan makna. Namun, di balik itu, ada ruang baru yang terbuka — ruang untuk beradaptasi, berkolaborasi, dan menemukan bentuk kerja baru yang lebih manusiawi.
Dalam sesi ini, para pembicara membahas bagaimana anak muda bisa bertahan tanpa kehilangan semangat berkarya, serta cara mengubah ketidakpastian menjadi kesempatan untuk tumbuh. Mulai dari penguatan UMKM, kolaborasi komunitas, hingga inisiatif sosial yang menumbuhkan solidaritas baru di tengah krisis.
Diskusi ini juga menyoroti pentingnya gerak kolektif. Program ini didukung oleh berbagai mitra seperti Kalaway Institute, Gerak UMKM, dan Yosh Foundation, yang aktif mengembangkan kapasitas dan jejaring anak muda. Mereka percaya bahwa perubahan hanya bisa terjadi jika setiap individu terlibat — bukan sekadar sebagai pekerja, tapi sebagai pencipta ruang baru bagi sesamanya. “Kaum muda bukan korban situasi, tapi bagian dari solusi.”
Pesan ini menjadi benang merah dari seluruh sesi. Krisis bukan akhir dari perjalanan, melainkan awal untuk menemukan cara baru hidup dan bekerja — lebih empatik, kolaboratif, dan berkelanjutan.
Mari bersama membicarakan, memahami, dan menumbuhkan kekuatan baru dari generasi muda yang sedang mencari pijakan di tengah guncangan ekonomi.








