Y2F.Media — Generasi Z kembali mendefinisikan ulang norma sosial. Sebuah survei terbaru menemukan fakta mengejutkan: sepertiga dari Gen Z mengaku merasa malu atau canggung saat harus melakukan transaksi menggunakan uang tunai.
Fenomena ini menggarisbawahi bahwa di kalangan anak muda, pembayaran cashless kini telah bertransformasi dari sekadar metode transaksi menjadi sebuah indikator gaya hidup dan status sosial.
Bagi Gen Z, yang merupakan digital native sejati, menggunakan uang fisik (kertas dan koin) dianggap ketinggalan zaman, tidak praktis, atau bahkan terasa “ribet.” Pembayaran digital melalui QRIS, e-wallet, atau mobile banking telah menjadi bahasa finansial utama mereka.
Perasaan malu yang diungkapkan oleh sepertiga responden ini menunjukkan bahwa Gen Z mengaitkan identitas diri mereka dengan kemajuan teknologi.
Transaksi cashless mencerminkan efisiensi, kecepatan, dan kemampuan beradaptasi dengan teknologi, yang merupakan nilai-nilai penting bagi generasi ini.
Sebaliknya, mengeluarkan uang tunai di depan umum dapat dianggap sebagai tanda ketidakmampuan beradaptasi dengan dunia digital.
Dampak pada Perekonomian dan Bisnis Lokal
Fenomena ini memiliki implikasi besar bagi sektor perekonomian. Bisnis dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dituntut untuk segera mengadopsi sistem pembayaran digital secara menyeluruh.
Jika sebuah merchant tidak menyediakan opsi cashless, mereka berpotensi kehilangan sepertiga dari pasar Gen Z.
Survei ini menegaskan percepatan transisi Indonesia menuju masyarakat tanpa uang tunai (cashless society).
Perbankan dan penyedia layanan fintech kini memiliki modal data yang kuat untuk terus mengembangkan inovasi yang lebih inklusif dan mempermudah transaksi digital di seluruh lapisan masyarakat.








